^ Coretan Nina ^
Hidup bagaikan berjalan melawan arus,harus terus berjalan dan tidak terbawa. Terkadang kita bertemu seseorang, berbincang sejenak, dan menghasilkan kisah...
Friday, March 9, 2012
Hanya hatiku (dan kamu)
Thursday, March 8, 2012
Bicaralah Padaku..
Kayla termenung, dari kejauhan ia melihat Ruben yang sedang memandang ke luar jendela kelas. Rupanya dosen favoritnya sudah tak lagi mampu menarik perhatiannya. Kayla mengikuti pandangan mata Ruben, namun tak ada apa-apa diluar jendela. Hanya langit yang sedikit kelabu, tak menarik.
Ruben, yang seminggu lalu masih miliknya. Yang seminggu lalu masih selalu bersamanya, kini hanya raganya, pikirannya terlihat sudah hilang entah kemana. Kalya merasa dadanya sakit, sakit sekali.. Aku kangen Ruben.. aku ingin memeluknya lagi.. aku ingin Ruben ..
ooo
Dua minggu berlalu, tak ada perubahan sikap Ruben terhadapnya. Ia tetap cuek, bahkan melihatpun tidak. Kayla kini hanya terdiam, airmatanya sudah kering. Tak ada lagi yang menetes, kering bersama hampanya hati. Tak ada lagi rasa, sakit itu sudah menguasai seluruh tubuh. Kayla terdiam, sorot mata terluka memandang tubuh Ruben yang kita terlihat semakin kurus.
Kayla melihat Ruben, Ruben hanya melihatnya sepintas. Ia ingin merengkuh tubuh itu, ingin memeluknya erat . Lalu Kayla melangkah.. melangkah pelan.. pergi..
Ragu, ia pun berbalik sekali lagi menghadap Ruben, dan sekali lagi memohon..
"Bicaralah padaku.... aku mohon, untuk yang terakhir kali" Kayla menunggu. Tak ada jawaban.
Kalya tau, Ruben tidak akan pernah bicara lagi padanya....
Kayla berlari, pergi dalam isaknya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ruben melangkah lambat menuju sebuah toko bunga disudut jalan. Ia membeli serangkai bunga mawar putih kesukaan kekasihnya.
"Untuk pacar ya?" sang penjaga toko bunga menggoda, sambil tangannya sibuk menyiapkan rangkaian bunga untuk Ruben.
"Iya"
"Wah, mau tambah kartu? jadi kamu bisa tulis sesuatu untuk pacar kamu"
Ruben berpikir.. lalu mengangguk. Ia pun memilih sebuah kartu mungkin berwarna perak dan pink. Ia pergi ke sudut dan mulai menulis kartunya.
Dear Kayla.. begitu Ruben memulai tulisannya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kayla sudah memutuskan untuk pergi. Mungkin memang sudah saatnya ia membiarkan Ruben sendiri, dan membiarkan dirinya menerima kenyataan. Meskipun semuanya teramat sakit. Kayla merasa dadanya nyaris meledak. Tidak.. ia tidak ingin menangis lagi.
Kayla berjalan lambat menuju tempat terakhir yang ingin dikunjunginya sebelum pergi. Dan ia tersentak melihat serangkaian mawar putih tergeletak manis. Ia berlari.. berlari menghampiri rangkaian mawar itu. Ia menghirup dalam-dalam wangi mawar putih itu. Ia mencoba menyentuhkan dengan ujung jemari.. Dan .. ia melihat kartu itu.
Kayla tak dapat lagi menahan tangisnya, ia menangis, meraung, memohon Ruben untuk kembali. Namun ia sadar, Ruben tak pernah pergi.. Ia yang sudah pergi.
Dear Kayla..
Beberapa minggu sudah berlalu sejak kepergianmu
aku merindukanmu.. sangat..
Dan aku bisa merasakan kau selalu ada didekatku
Kayla, mengapa kamu meninggalkan aku?
padahal aku sangat mencintaimu?
tapi aku bahagia, sekarang kau sekarang sudah bebas dari kanker sialan itu
aku harap kamu bisa berbahagia disana
ada dan tiada dirimu,
aku selalu disini mencintaimu
-Ruben-
Sekali lagi Kayla harus menerima kenyataan, ia memandang pusara marmer dengan salib besar ditengahnya. Ia kini membaca tulisan di pusara tersebut. Mencoba menajamkan mata dan membacanya, Kayla menjatuhkan tetes terakhir air matanya dan hatinya berusaha menerima...
RIP
Kayla Natalia
4 Mei 1988 - 30 Agustus 2010
Malaikat vs Secangkir Kopi


Tiba-tiba ia berhenti, memperhatikan seorang wanita berpenampilan biasa. Ya, biasa, penampilannya polos. Sikap kurang percaya diri, tatapannya memandang kesana kemari kagum kepada wanita-wanita bergaya profesional yang berlalu lalang disitu.
Sang Malaikat terus memperhatikan sang wanita, memandang jauh ke dalam dirinya. Wanita yang baik, ia bisa mencintai sepenuhnya. Hanya saja kesempatan itu belum datang, mungkin sekarang waktunya..
Sang malaikat kembali mencari, berkeliling menembus ratusan manusia yang berlalu lalang. Seorang pria tampan dengan segelas espresso ditangannya. Sangat tampan dan percaya diri, meskipun ada yang hilang. Hatinya seperti tersakiti. karena wanita yang terlalu cantik, yang akhirnya meninggalkannya demi seorang pria lain.
Sang malaikat mencoba mencerna, pria yang tersakiti oleh wanita. Terlalu banyak wanita, yang hanya menginginkan kesenangan dan harta. Lalu malaikat itu tersenyum kecil dan mengepakan sayapnya mendekat.
Wanita berpenampilan biasa itu terus berusaha menembus orang-orang yang berlalu lalang didepannya, ia tak terburu waktu, tapi banyaknya orang-orang membuatnya bingung, sehingga tak diperhatikannya jalanan di depannya.
Dari arah lain sang pria berjalan menunduk, sambil sesekali menghirup kopinya. Pikirannya bercabang membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Lalu...
Brukkk...
Tak terelakan lagi keduanya bertabrakan. Espresso yang dibawa pria itu tumbah mengenai tumpukan kertas yang dibawa si wanita.
"Maaf.. maaf" kata sang pria sambil memunguti kertas-kertas sang wanita."Aduh.. aduh, kertas ini sangat penting. Bahan untuk meeting hari ini" sang wanita ikut memungut kertas-kertasnya. Gugup dan panik.
Sang pria mengangkat kepalanya, merasa bahwa sebentar lagi sang wanita akan memaki-makinya karena telah membuat berkas-berkas penting itu basah. Sang malaikat bersiap-siap untuk memberikan bubuk cinta pada sang pria, agar ia bisa jatuh cinta pada wanita yang baik namun biasa-biasa saja. Tapi sebelum menaburkan bubuk itu sang malaikat terhenti.
"Tidak apa-apa, aku juga salah" kata wanita itu sambil tersenyum lembut. Sang pria terkagum. Bukan, wanita itu tidaklah terlalu cantik. Ia biasa-biasa saja.
Namun karena 'biasa-biasa' sang pria tersebut jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Kita keringkan kertas-kertasmu di coffee shop sudut jalan ya?" kata sang pria tersenyum hangat.
Kekuatan malaikat untuk menyatukan cinta kalah oleh kekuatan secangkir kopi hari ini, pikir sang malaikat sambil terus tersenyum.
Ah cinta memang tak bisa ditebak ya.. datang tak dijemput, pulang tak diantar (lho, itu jelangkung ya?)
Melody yang tak terganti

"aku lagi patah hati" kataku menolak ajakan temanku pergi ke danau selatar. Dia minta ditemani main gitar disana, karena di tempat kos nya tak di izinkan main gitar, berisik kata ibu kos nya.
"mungkin disana kau tak patah hati lagi" matanya memandangku serius. Membuatku yang lagi sedih jagi ingin ketawa.
"kau tuh gila ya, patah hati mana mungjin hilang secepat itu. Aku sama dia kan sudah hampir setahun. Ingat kan waktu aku pertama jadian sama dia?" aku merenung tersenyum, membayangkan saat pertama kali dia nembak aku jadi pacarnya. So sweet... biarpun awalnya perasaanku tidak sepenuhnya kepadanya.
"tentu ingat. Kau bilang ribuan kali. Sudah jangan menangis, cepat siap-siap"
oh rupanya aku menangis..
"tapi Aku tak mau.. gak mood"
"duh banyak alasan nona satu ini. Sudah cepat nanti kutraktir nonton" Aku pun bergegas sambil setengah menggerutu. Terus terang bukan tawaran traktiran nontonnya yang aku inginkan. Tapi karena tak tega sekaligus risih karena dia tidak pergi-pergi, walaupun aku tau tujuannya disini adalah untuk menghiburku.
Selatar reservoir. Sepi dan tenang. Menyesal aku tadi bersikeras menolak. Tapi aku memang sedang sedih, rasanya ingin sendiri, bebas menangis dan menumpahkan segala kesedihan. Tapi mahluk satu ini berkeras mengajakku.
"agak Mendung hari ini, tapi aku suka" kataku pada diri sendiri. Seperti hatiku yang mendung, lanjutku dalam hati.
"ya, tapi mendung atau panas danau ini tetap indah dan tenang" katanya sambil mengeluarkan gitar.
Aku menatapnya..
"kenapa?" Katanya tersenyum saat melihatku memperhatikannya. Namun aku toh tidak salah tingkah, aku sudah terbiasa dengannya. Dia selalu ada.
"mau nyanyi lagu apa?" kataku sambil menyandarkan punggungku lebih tegak lagi ke sandaran bangku kayu yang aku duduki. Bersiap mendengarkan saat dia mulai memetik gitarnya. Lagu yang sangat kukenal, membuatku tersenyum..
Dia pun menyanyi.
its not that i want you.. Not to say but if you only knew...
ah.. sudahlah..
Namun aku ingat kamu tetap ada disitu, kapanpun aku mencarimu, membutuhkanmu, kamu selalu ada. Dan saat aku berkeluh kesah tentang kuliah, tentang pacarku, kamu hanya menggodaku lewat lagu-lagu mu itu. Dasar gila, pikirku. Pada akhirnya toh aku terbiasa dengan senyuman menggodamu, dengan lagu-lagu cintamu. Tak lagi salah tingkah lagi saat kau menatapku. Wajahku tak lagi memanas. Saat kau menggodaku aku balik menggodamu, ikut nyanyi denganmu dengan suara yang out of tune. Hehehe..
Tapi sekarang...entah kenapa aku salah tingkah lagi.
Reflek aku berpaling kepadanya, mencari matanya. Namun ia tak melihat ke arahku. Ia melihat ke tepi danau itu.
"kau Ini ngomomg sama aku atau sama danau" kata ku menggodanya.
"tentu saja sama kamu" katanya, kini ia memperhatikan senar-senar gitarnya.
"atau sama senar gitar?" kini aku tak bisa menahan tawa melihatnya salah tingkah. Kulihat kupingnya memerah, keringat mulai bermunculan di dahinya. Rasain.
"kamu " katanya. Matanya melirikku sekilas. Aku melihatnya dengan pandangan geli.
"sejak kapan?" kataku mengikuti arah pandangannya, melihat danau menggeliat kecil.
"sejak pertama aku melihatmu, dan bertambah suka saat aku mengenalmu" dia menunduk
"kenapa baru sekarang?" kataku sambil tersenyum-senyum.
"aku tak pernah berani mengatakannya langsung, makanya aku menyampaikan lewat lagu-lagu yang kunyanyikan"
"lalu kenapa kau sekarang berani"
"karena aku nggak mau kehilangan kamu lagi. Sakit rasanya ngeliat kamu jalan sama cowok lain. Dan thanks God karena Tuhan udah kabulin doa aku, biar kamu putus sama cowokmu itu. Toh aku juga tau kau mencintaiku" pernyataan polosnya membuatku terbahak.
"kau gila"
"biarin ,kau bikin aku gila"
That you love me..
Coz i alredy knew
*HAPPY VALENTINE ALL :D
Tuesday, May 5, 2009
Bidadari Jatuh Cinta
*theme song : Tak Ada Logika (Agnes Monica)
Lembayung senja warna warni terkubur dalam kelam. Seorang bidadari cantik termenung di atas dahan yang berayun pelan. Sayapnya yang mungil kali tak mengembang. Matanya mengawasi jalanan di bawahnya, mengamati satu persatu orang yang berjalan. Matanya yang berwarna perak melebar ketika ia menemukan sosok yang dicarinya. Senyumnya perlahan mengembang seiring sayap mungilnya meregang indah.
"Aku suka.. aku suka" katanya lalu melayang indah mengikuti sesosok manusia itu. Sudah lama bidadari cantik itu memperhatikan sosok yang selalu melintas di bawah pohon tempatnya bermain dalam dunia manusia. Dan semakin lama ia melihat, mendengar sosok manusia itu, ia semakin jatuh cinta. Dan rasanya kini tak tertahankan lagi, ia menginginkannya.
"Kalita, aku ingin menjadi manusia" bidadari cantik itu memberitahu seorang penyihir di dunianya.
"Kau terlalu banyak bermain-main di dunia manusia" Kalita terkekeh.
"Pasti kau jatuh cinta" Kalita menatap tajam mata bidadari cantik itu, lalu mulai berjalan menuju ramuan yang mulai mendidih dalam sebuah guci diatas bara.
"Bisakah?" kata bidadari itu dengan wajah penuh harap.
"Tentu saja. banyak yang sudah menikah dengan manusia. Dan semua karena bantuanku. Tapi ingat, setelah kau menjadi manusia, kan tidak bisa berhubungan lagi dengan dunia bidadari. Dan aku tidak bertanggung jawab dengan kehidupanmu selanjutnya"
"Aku siap!" bidadari cantik menjawab dengan mantap. Kalita memandang sosok di hadapannya. Bidadari ini memang cantik, salah satu yang tercantik. Selama ini Kalita selalu membantu bidadari yang ingin menjadi manusia, lalu menikah dengan manusia normal. Dan Kalita selalu berhasil, pernikahan selalu berhasil. Tentu saja karena para pria di dunia manusia melihat fisik, dan siapa yang bisa menolak sosok cantik jelmaan bidadari?
Memang Kalita tidak pernah melihat lagi bagaimana kehidupan mereka setelah menikah, karena itu bukanlah tugasnya lagi.
"Baiklah" kata Kalita, lalu mengambil botol yang dia simpan dalam lemari kayunya. Cairan hijau dalam botol terlihat meletup-letup. Ia menuangkannya ke dalam gelas dan menyodorkannya pada sang bidadari.
"Nah sekarang bayangkan manusia yang kau inginkan, laluMinumlah, lalu pergilah ke dunia manusia. Besok pagi kau sudah berubah menjadi manusia"
"Yes!!" bidadari cantik langsung meneguk semuanya, lalu mencium pipi keriput Kalita.
"Terima kasih" katanya seraya berlari keluar. Kalita hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya "Semoga berhasil"katanya dalam hati.
3 Bulan berlalu sejak bidadari berubah menjadi manusia. Namun Kalita heran, gelas yang pernah dipakai bidadari untuk meminum cairannya masih berwarna putih. Itu tandanya belum ada hubungan, antara sang bidadari dengan manusia yang diinginkannya. Karena jika bidadari sudah berkenalan dengan manusa, gelas itu seharusnya berubah warna, semakin dekat semakin berubah warna menuju merah. Sampai akhirnya merah pekat pada saat mereka menikah. Namun entah mengapa sampai sekarang gelas itu masih putih.
Kalita merubah diri menjadi manusia, tetap tua dan keriput. Ia bisa menemukan sosok bidadari yang kini sudah mejadi manusia. Bidadari itu tengah terisak pelan di bangku taman.
"Kenapa nak? apa yang terjadi?"
"Ah Kalita, akhirnya kau datang, semuanya gagal. Bisakah aku kembali?"
"Bagaimana mungkin manusia tidak menyukaimu?"
"Entah, ketika aku mendekatinya, ia sama sekali tidak mengacuhkanku"
"Wah... itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Karena itu gelasmu tetap putih. Hm.."
"Entahlah, apa aku kurang menarik?"
"Kau gadis yang cantik nak, tiada seorang pun yang mampu menolakmu. Coba tunjukan manusia mana yang kau sukai, mungkin dia sudah menikah?"
"Belum, aku tau dia belum menikah. Ayo kalita, kutunjukan padamu" Bidadari menarik Kalita pada untuk bersembunyi disebuah pohon besar. Setelah beberapa jam menunggu, menjelang senja akhirnya sosok yang dinanti muncul.
"Itu.. itu... "
"Mana?" Kalita memperhatikan dua orang yang berjalan, tapi... akhirnya Kalita menyadari sesuatu.
" itu Kalita, itu"
"itu?? yang berbaju pink..??"
"Ya benar, dia, cantik sekali kan dia? aku sangat menyukainya. dan gaun yang dipakainya selalu indah.. "
"......."
Monday, June 16, 2008
Gue, kamu dan dia
“Nis, menurutmu, gimana kalau cewek selingkuh?”
“Hah, kenapa Ndra? jangan bilang si Fita selingkuh” mata Fadly melotot lebar. Gue ketawa ngeliatnya.
“Hahahah… enggak lah, ga mungkin si Fita selingkuh. Dia kan cinta mati ama gue” kata gue sambil ketawa.
“Nah, itu gue percaya Ndra, masalahnya, lo cinta mati ga ama si Fita?”
“Cinta lah, tapi gak sampe mati” kata gue sambil melenggang keluar mobil.
“Gila lu” masih terdengar teriakan Fadly dari dalam mobil.
—–
Gue masuk apartmen gue dengan girang, gak tau kenapa tapi belakangan ini gue merasa bahagia. Biarpun cewek gue, Fita lagi holiday ke luar negeri bareng sodara-sodaranya. Sementara gue tertinggal disini karena ga sanggup beli tiket keliling Eropa. Pertama gue BT gara-gara Fita ngajakin gue, dengan iming-iming ” aku yang tanggung biayanya Ndra”. Pengen sih, cuma gengsi gue lebih gede. Biar gimanapun gue kan cowok.
Beberapa hari ditinggal Fita gue uring-uringan sendiri, sepi, ga ada yang merhatiin gue, ga ada yang nemenin. Cuma sms-sms Fita yang ingetin gue makan dan lain-lain. Tetep aja ga ada yang nemenin makan.
Tapi sekarang gue udah ga uring-uringan kok, sejak pertemuan gak sengaja gue sama Silva. Cewek manis didalam bis, eh.. cewek manis di dalam taxi. Secara pertemuan gue ama dia gak sengaja, tapi yang dia tuh cakep abis. Seksi, cantik, hot!!
Ceritanya gini, waktu itu gue lagi nunggu taxi. Begitu taxi dateng dan gue masuk, tiba-tiba ada seorang cewek yang rusuh banget, masuk dalam taxi dan buru-buru nyuruh jalan. Gue gak sempet komen apa-apa waktu itu, secara gue kaget, kaget gara-gara tu cewe tiba-tiba masuk, dan pas gue mau ngomel-ngomel baru gue sadar, ternyata si cewek cakep abis!! Gue sampe tersepona ga bisa ngomong.
Merasa diperhatiin, tu cewek balik mandangin gue lalu tersenyum. wow.. gue hampir melayang.
“Hai, gue Silva. Sorry ya gue masuk taxi lo tiba-tiba” duh , suaranya sesexy orangnya!! Gue gak tau kenapa ga bisa nyaut, gagu dan cengar-cengir bego.
“Eh lu kok diem aja?” dia melambai-lambaikan tangannya didepan muka gue.
“Eh..iya anu, gak papa kok” kata gue berusaha jawab. Silva masih tersenyum seksi.
“Nama lo siapa kalau boleh tau?”
“Gue Candra” kata gue mulai jaim. mengulurkan tangan, padahal berharap bisa menyentuh tangannya yang pasti mulus abis.
Akhirnya pembicaraanpun berlanjut, kita memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe di kawasan Kelapa Gading.
Gile, gue ngerasa bangga banget jalan bareng Silva. Bodynya itu bo! bikin beberapa cowok ngelirik. Body nya bener-bener kayak gitar spanyol, pada berisi. Beda banget ama Fita yang body-nya biasa-biasa aja. Lurus gak berlekuk.
Sejak hari itu gue sering pergi bareng Silva, semakin hari gue semakin tau tentang dia. Kerjaanya sebagai seorang sekretaris terasa berat karena harus membiayai adiknya yang masih kuliah. Gue ngerasa sedikit iba, karenanya gue rela deh anter-jemput dia naek taxi, karena gue sendiri belum sanggup beli mobil. Jalan-jalan dan makan gue bayarin juga biarpun lama-lama gue sempet mikir juga kalo pengeluaran gue jadi boros. Tapi buat Silva, apa sih yang enggak?
Dia tuh bener-bener beda, dia bisa ngertiin gue dengan keberadaan gue sekarang. Mungkin gara-gara kita senasib, harus bekerja di Jakarta dengan gaji yang ala kadarnya. Beda banget sama Fita yang emang dari keluarganya udah kaya. Dia mau kerja ato gak kerja juga sama aja. Mau beli barang, gak perlu nabung. Kemana-mana bawa mobil CRV baru. Biarpun Fita gak pernah ngeluh, bahkan dia selalu support gue dan gak pernah peduli dengan keluarganya yang kadang mandang sebelah mata ke gue. Tapi tetep aja, ada beberapa hal yang gue gak bisa nyambung sama dia.
Tapi hari ini semuanya bakal berlalu! Hari ini Fita datang dari Eropa. Hari ini punya rencana yang bakal ngerubah hidup gue.
” Fit, kapan bisa ketemu?” telpon gue. FIta baru saja sampai rumah.
“Besok aja ya Ndra, Fita capek banget. Oh ya banyak oleh-oleh buat kamu. Besok FIta kerumah kamu ya”
“Oh ya udah, sampai ketemu besok ya Fit, kamu istirahat dulu aja, ok”
Keesokan harinya Fita bener-bener ketempat gue dengan segudang oleh-oleh. Setelah peluk cium akhirnya gue bertekad buru-buru selesein masalah ini.
“Fit, gue mau ngomong sesuatu”
“Ngomong aja Ndra” kata Fita sambil beresin oleh-olehnya setelah dipamerin ke gue.
“Mengenai hubungan kita Fit” Fita langsung terdiam dan ngeliatin gue. Gue sempet grogi juga. Biarpun body lurus, tapi FIta juga cantik, keibuan dan sabar. Tapi tetep aja bumi dan langit ga bisa bersatu, mendingan gue nyari mahluk dari bumi juga, kaya Silva.
“Gue.. gue mau kita putus Fit” kulihat Fita terhenyak.
“Jangan bercanda Ndra”
“Gue serius Fit”
“Tapi.. kenapa Ndra? Fita ada salah apa sama kamu?”
“Gue.. kamu ga ada salah apa-apa Fit, cuma, gue ga bisa sama kamu. Kita tuh kayak bumi dan langit, segimanapun gue coba bikin tangga buat mencapai langit, gue tetep gak bakalan nyampe” Ah, dosa gue gede banget pake alesan ini buat putusin Fita.
“Tapi Ndra, Fita sendiri yang pingin turun ke bumi biar bisa sama kamu” kata FIta mulai menangis.
“Kamu bisa coba FIt, tapi kamu gak bakal tahan, dan bakal terus memandang ke langit minta bantuan. Udahlah Fit, keputusan gue udah bulet” Fita terus menangis sesenggukan.
“Ya sudahlah Ndra, Fita ga bisa bilang apa-apa. cuma sedih aja kenapa kamu ngomong kayak gitu. Emangnya selama ini Fita kurang apa? FIta nuntut apa dari kamu? Sudahlah” Fita berjalan keluar sambil terus menangis. Sekali kulihat dia berhenti ragu, berbalik, memandangku dengan wajah penuh airmata. Kutegarkan diriku mesti titik bening hampir jatuh juga dari sudut mataku. Akhirnya Fita berbalik lagi, berlari keluar.
Ahh.. lega sudah perasaanku sekar ang.
Keesokan harinya aku memulai rencana lainku, nembak Silva. Silva udah mau diajak janjian nanti malam. Tak perlu ragu karena gue yakin 100% Silva gak akan nolak gue.
Malam harinya gue nunggu Silva di sebuah cafe romantis di PIM.
15 menit.. 30 menit.. Silva tak kunjung datang. HP nya tak diangkat. Gue panik, takut ada apa-apa sama dia.
1 jam..
Gue gak tau lagi gimana perasaan gue, panik, kesel. Sampai akhirnya gue keluar dari cafe itu, berjalan gak tentu arah. Mataku melihat kesana-kemari tanpa fokus yang jelas. Sampai akhirnya di counter LV gue ngeliat dia. Ya! Silva dengan seorang cowok, nempel kayak perangko sambil milih-milih tas LV. Mata gue hampir copot ngeliatin mereka berdua. Tiba-tiba kulihat Silva meliat ke arah gue, dia tersenyum dan melambaikan tangan. Senyumnya sama seperti pertama kali kita bertemu. Lalu dia berbicara dengan cowok itu, cowok itu menganggkuk dan Silva menghampiriku.
“Hai Candra, sorry gue ga bisa dateng. Mau kabarin tapi HP gue ketinggalan” kata Silva santai.
“Oh. ya.. itu siapa?” gue gak tau mau ngomong apa.
“Cowok baru gue. Perfect Ndra, bisa biayain tujuh turunan gue” kata Silva tertawa renyah.
“Gue masuk dulu ya” Dia pun melenggang dengan seksinya. Menyisakan batu satu ton di hati gue.
Oh Tuhan… betapa dunia ini tidak adil, atau adilkah?
Thursday, June 12, 2008
LULUH
saat terindah saat bersamamu
"Sandra, kau masih ingat ketika pertama kali kita bertemu?" tanya Kris sambil memandang lekat mataku Aku hanya tersenyum.
"Iya, apalagi kau sempat marah-marah, masa kamu tidak ingat?" Aku tak ingin mengingat masa itu. Kejadian memalukan yang menyebabkan aku marah-marah kepada Kris.
begitu lelapnya aku pun terbuai
"Besok aku pergi Kris"Aku menahan pedih dalam hati. Betapa aku tidak ingin meninggalkan tempat ini, meninggalkan Kris. Pertemuan yang begitu singkat serasa mimpi yang harus berakhir. Aku menahan tangisku didalam hati.
"Tak apa-apa Sandra, kita bisa bertemu lagi di Jakarta kan?"Kris menghapus tetes bening yang jatuh ketika aku mengerjapkan mataku.
"Kota ini membuatku jatuh cinta Kris" Dan juga kau Kris, waktu yang kita habiskan di kota kecil ini denganmu membuatku jatuh cinta padamu, membuatku tak ingin keluar dari sini. Andai kita bisa menghabiskan waktu kita berdua disini Kris, tentu semua sangat menyenangkan. Aku pasti bahagia sekali.
"Aku juga jatuh cinta pada kota ini" Kris memelukku erat dari belakang, mencium rambutku.
Apa kau jatuh cinta padaku juga Kris? Apa maksudmu memperlakukan ku begini? Aku tak sanggup bertanya, aku hanya ingin menikmati malam ini denganmu Kris.
"Apa kita bisa bertemu lagi Kris?" tanyaku berharap.
"Tentu saja, aku akan datang ketempatmu" Kris menundukan kepalanya, menyentuh bibirku dengan bibirnya. lembut, perlahan..
Bandara Yogyakarta, 13 Febuari 08.35 am
"Aku harus pergi Kris.." Kris memelukku erat. kulihat juga setetes bening disudut matanya. ia memandangku seakan tak ingin melepaskanku pergi. Aku bertanya-tanya, apakah ini pertemuan kita yang terakhir? apakah janjimu untuk mengunjungiku akan kau tepati? apakah ada harapan untuk kita selalu bersama Kris? Satu hal yang aku ragukan, apakah kau mencintaiku Kris? dan berharap mempunyai masa depan denganku?
segenap hatiku luluh lantak
mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu
Pesawatku baru saja meninggalkan landasan, meninggalkan kota ini dan juga Kris. Mataku panas, wajahku panas menahan emosi. dan hatiku terasa lebih sakit lagi. ingin rasanya aku teriak, memanggil namamu agar kamu berada disisiku saat ini Kris.
Aku harap kita bisa bertemu lagi Kris, aku tak berani berharap banyak. tapi apa lagi yang bisa kuharapkan? aku meninggalkan hatiku padamu Kris..
Jakarta, 20 March 2005. 10.15 am
Aku tak sabar, aku berdandan hari ini, setelah sebulan lebih penantian, akhirnya kita bisa bertemu lagi Kris.
ingin ku yakini cinta tak kan berakhir
namun takdir menuliskan kita harus berakhir
Tiba-tiba aku terbangun. Sinar matahari tampak memaksa masuk melalui celah tirai hotel. Kulihat tubuh Kris disebelahku, aku tersenyum menatapnya. Kucium lembut pipinya, ia masih terlelap. Aku menarik selimut menutup tubuhnya. aku segera beranjak dari kasur, ingin cepat membasuh diriku yang terasa lengket. Aku membiarkan air hangat mengalir lembut dari atasku. aku tersenyum mengingat sentuhannya, pelukannya, ciumannya. Aku merasa sudah menemukan seseorang yang akan bersamaku selamanya.
segenap hatiku luluh lantak
mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu
Aku hanya ingin terdiam, aku tak ingin terisak seperti ini. dan mengapa kau juga menangis Kris?? Mengapa??
"Maafkan aku Sandra"Kris terisak juga. dapat kulihat tetes bening disudut matanya, tapi sekarang apa artinya semuanya?
"Sandra, maafkan aku"Aku sudah tak bisa menjawab Kris, aku sudah tak sanggup bicara, bahkan untuk bertanya alasannya pun aku tak bisa.
"Mengapa baru sekarang kau katakan padaku?" aku memaksakan diri bertanya disela sela isak tangis yang tak dapat kubendung lagi, bahuku bergerak naik turun.
"Aku baru memikirkannya tadi malam San, kau tau, ini juga berat bagiku. Aku sayang padamu San"
"Lantas, mengapa kau tidak ingin menikah denganku?"
"Bukan tidak ingin menikah denganku, tapi aku memang tidak ingin menikah. aku ingin selalu bebas sendiri"
Egois, kataku dalam hati. aku tentu tau alasanmu Kris. Kau hanya tidak ingin menikah denganku. kau hanya ingin mencumbuku dan meninggalkanku setelah merasa puas.
"Lantas mengapa kau melakukannya denganku?" pertanyaan terakhir yang aku sendiri tak ingin dengar jawabannya.
"Itu, aku... maafkan aku San. Tapi aku bertanya dulu padamu. Tapi memang aku yang salah San, maafkan aku"Kris merengkuh tubuhku ke dalam tubuhnya. tak kurasakan hangat tubuhmu, tak kurasakan lagi keinginan untuk memelukmu. Kujauhkan diriku dari tubuhmu.
"Sudahlah, aku pergi Kris" aku mengambil tas tanganku lalu berbalik tak ingin melihat wajahnya lagi.
"San.. Sandra.."Kris mengejarku, memengang pergelangan tanganku, tapi aku tau hatimu tak akan berubah Kris. Kau hanya memanfaatkanku dan kini merasa bersalah.
"Sudahlah Kris, keputusanmu tetap tak bisa berubah kan?" aku melepaskan genggamannya, melangkah pergi keluar. hujan yang deras menyambutku, seakan mengiringi seluruh kepedihanku, menyelimuti air mataku.
Aku benci kamu Kris, aku benci sentuhanmu, pelukanmu, senyum hangatmu, aku benci semuanya Kris.Aku menyesal mengenalmu. Aku tak akan pernah memaafkanmu
Aku benci kamu.. Sangat benci kamu..
sungguh ku tak mampu tuk meredam kepedihan hatiku
untuk merelakan kepergianmu..
CHOCOLATE
DORA's 1st love
Manusia Bulan
gadis cantik itu menari mengelilingi malam
Still - love u
Funny when you stop and think
Sungguh indah hari yang pernah kita lalui bersama. Rasanya tak ingin berakhir, tapi memang harus berakhir juga.Sungguh kamu adalah kebahagiaanku, dan sekarang kepedihan itu datang seperti karma, resiko yang harus aku tanggung.Sungguh bahagiaku adalah kamu, yang selalu menyayangiku, sayang sekali padaku sampai kamu pernah bilang "aku sayang banget sama kamu, aku ga tau gimana lagi cara nunjukinnya"
I know its hard to believe
Tapi apa yang kumiliki tetap tak sebanding dengan kebahagiaanmu. Rasa sayangku, yang mungkin tak pernah kamu sadari, terus mengganguku. Dan akhirnya aku menyadari, aku jatuh cinta padamu, kau tau?Kebahagiaanku adalah saat bersamamu, saat kau selalu ada disini. Saat aku bisa mendengar suaramu, melihat tawamu. Sungguh aku tak ingin membuatmu menangis.. lagi..
It's hard to breathe when were apart
Kamu tau, aku masih akan selalu mencintaimu..
And I know its hard to believe
Tolong jangan menangis lagi, karena kau sudah berjanji untuk tidak menangis.
If you love me look into my eyes and say you do
Masih tak percayakah kamu, kalau aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri?
I still think about you
i love the way you smile-i love the way you talk-i love the way you think-i love the way you care-i love the way you love-i love the way you arebut can you love me-just the way i am?